Rifertar-Konglomerat Indonesia yang baru saat ini tampaknya tak lepas dari
bisnis pertambangan, telekomunikasi, ritel, dan media serta penerbangan.
Demikian ungkap Dr Yuri Sato, Dirjen IDE-Jetro yang juga ahli Indonesia itu, khusus kepada Tribunnews.com, Kamis (24/10/2013).
Sebanyak
13 konglomerat baru Indonesia saat ini diungkapkan Sato per data akhir
tahun 2012. Demikian pula data per tahun 2011 dengan tanda () di
belakang angka peringkat tahun 2012 tersebut.
8. (11) (CT) Para (Chairul Tanjung)
13. (21) Sumber Alfaria (Djoko Susanto)
26. (20) Bayan Resources (Dato Low Tuck Kwong)
30. (36) Trikomsel (Sugiono Wiyono Sugialam)
32. (32) Bhakti Investama (Hary Tanoesoedibjo)
35. (31) Darmex Agro (Surya Darmadi)
36. (34) Harum Energi (Kiki Barki)
37. (28) Lion Air (Rusdi Kirana)
38. (-) Harita (Lim Hariyanto)
40. (37) TiPhone Mobile (Henky Setiawan)
43. (74) Sugar (Makind) (Gunawan Yusuf)
50. (44) Borneo Rumpun (Samin Tan)
73. (-) Sriwijaya Air (Chandra Lie)
13. (21) Sumber Alfaria (Djoko Susanto)
26. (20) Bayan Resources (Dato Low Tuck Kwong)
30. (36) Trikomsel (Sugiono Wiyono Sugialam)
32. (32) Bhakti Investama (Hary Tanoesoedibjo)
35. (31) Darmex Agro (Surya Darmadi)
36. (34) Harum Energi (Kiki Barki)
37. (28) Lion Air (Rusdi Kirana)
38. (-) Harita (Lim Hariyanto)
40. (37) TiPhone Mobile (Henky Setiawan)
43. (74) Sugar (Makind) (Gunawan Yusuf)
50. (44) Borneo Rumpun (Samin Tan)
73. (-) Sriwijaya Air (Chandra Lie)
Berdasarkan
peringkat majalah Forbes, Satu juga melihat peningkatan yang baik
perusahaan Indonesia masuk dalam daftar kekayaan dibandingkan perusahaan
lain di dunia. Data Forbes memperlihatkan per akhir tahun 2012 ada 11
perusahaan raksasa Indonesia beserta 446 BUMN di Indonesia sehingga
peringkat Indonesia menduduki peringkat ke-16 dari GDP negara yang
bersangkutan.
Namun apabila melihat perusahaan swasta saja,
kekayaan Indonesia masih lebih kecil dibandingkan Korea yang memiliki 64
perusahaan swasta sehingga menguasai peringkat ke-15 dari GDP mereka.
Atau pun India yang memiliki 56 perusahaan swasta dan di peringkat ke-10
dari GDP negaranya.
Dengan globalisasi dan perdagangan bebas saat
ini akan semakin banyak lagi perusahaan Indonesia tampaknya bekerjasama
dengan perusahaan asing dan nilai investasi yang membesar di Indonesia
dari asing di Indonesia, tetapi juga nilai aset asli perusahaan
Indonesia itu sendiri apakah bisa membesar pula, menjadi pertanyaan bagi
masa depan perekonomian di Indonesia.(tribunnews)
No comments: