Rifertar-Caitlin menderita kerusakan otak saat lahir akibat mengalami stroke ketika masih di dalam kandungan, dokter memvonisnya tidak bisa berjalan, berbicara atau melihat. Tapi 3 tahun kemudian kemajuannya sangat pesat, ia bisa mulai belajar berjalan, bicara dan melihat.
Caitlin McLaughlin mengalami catastrophic stroke saat masih berada di dalam rahim ibunya, jenis stroke ini bisa menyebabkan kematian pada orang dewasa. Tapi ia justru mengejutkan dunia kedokteran dengan mampu belajar berjalan, bicara dan melihat.
Orangtua Caitlin, Sharon (32 tahun) dan Shaun (36 tahun) awalnya merasa sangat terpukul ketika diberitahu bahwa anak yang dilahirkannya akan mengalami cacat mental dan fisik yang mendalam.
"Kami diberitahu oleh 2 orang konsultan bahwa ia tidak akan pernah bisa berjalan, tapi ternyata dia adalah petarung kecil kami yang hebat, karena kemajuan yang kini dimilikinya benar-benar menakjubkan," ujar Sharon, seperti dikutip dari Dailymail, Rabu (15/2/2012).
Caitlin dilahirkan dengan menggunakan bantuan forcep pada April 2008 setelah bidan menemukan detak jantungnya menurun selama persalinan dan ia mengalami stres. Dokter dan perawat pun kemudian memindahkan Caitlin dan memberinya oksigen karena ia mengalami kesulitan bernapas.
"Ia kemudian di bawa ke unit perawatan bayi khusus untuk pemeriksaan dan saya tidak melihatnya lagi selama hampir 3 jam. Ketika melihatnya, saya diberitahu bahwa ia butuh 2 transfusi darah dan meminta izin untuk melakukan pemeriksaan plasenta," ujar Sharon.
Saat itu, Sharon tidak terlalu khawatir karena ia berpikir Caitlin hanya memiliki masalah pernapasan dan bisa segera kembali. Tapi ketika usianya baru 6 jam ia mengalami kejang parah beberapa kali dan dokter memberitahu orangtuanya bahwa Caitlin harus dibawa ke ruang perawatan intensif.
Konsultan neonatologis Profesor David Edwards dari Queen Charlotte's Hospital, London menyampaikan bahwa Caitlin mengalami stroke sebelum ia dilahirkan, dan hasil MRI menunjukkan ia mengalami kerusakan otak yang parah.
"Mendengar berita itu, Shaun dan saya langsung menangis. Kami pun bertanya apakah ia bisa bertahan dan kami meminta petugas medis untuk melakukan semampu yang mereka bisa," ungkapnya.
Setelah 6 hari mendapatkan perawatan untuk obat epilepsi, Caitlin akhirnya bebas dari ventilator dan hanya mendapatkan pendukung oksigen. Prof Edwards menuturkan jika terjadi saat dewasa maka kemungkinan besar meninggal.
Caitlin pun akhirnya bisa dibawa pulang ke rumah di Brentford, London Barat setelah mendapat perawatan selama 15 hari. Saat itu kejangnya berhenti tapi bisa muncul lagi dalam waktu 6 bulan. Tepat 6 bulan kemudian ia didiagnosis epilepsi.
"Sangat sulit bagi kami membayangkan masa depannya, sulit berpikir bahwa ia butuh kursi roda dan tidak bisa pergi ke sekolah seperti anak-anak normal lainnya," ujar Sharon.
Namun pada usia 7 bulan, Caitlin mengejutkan orangtuanya. Saat melakukan fisioterapi ia tiba-tiba bisa tertawa untuk pertama kalinya. Momen berikutnya adalah Caitlin bisa memanggil 'Mum' untuk pertama kalinya.
"Ini pertama kalinya kami berpikir masih ada harapan untuk Caitlin, rasanya seperti ia terlahir kembali. Saat berkonsultasi, dokter pun terkejut dengan kemajuan yang dimiliki Caitlin dan beberapa tes di rumah sakit menunjukkan bahwa Caitlin bisa melihat," ungkapnya.
Selain itu, meski menderita cerebral palsy tapi kaki Caitlin sangat kuat hingga pada usia 2,5 tahun ia mulai bisa menarik tubuhnya ke atas dan mencoba untuk belajar berjalan. Setiap harinya, Caitlin terus memukau para dokter dengan kemajuannya yang luar biasa.
Meski Caitlin masih memiliki masalah dalam penglihatan dan mengalami kejang, tapi ia bisa seperti anak normal lainnya. Ia kini menerima fisioterap dan terapi wicara.
"Stroke yang dialaminya cukup langka dan bisa menimbulkan banyak masalah baginya. Tapi saya sangat senang mendengar kemajuan yang dialami Caitlin," ujar Prof Edwards.
Hal ini kemungkinan otak beradaptasi luar biasa selama masa pemulihan dan membuat hubungan saraf baru serta menemukan jalur yang berbeda untuk menciptakan kemajuan tersebut.
Stroke pada bayi adalah kasus yang tidak biasa. Pada kasus Caitlin kemungkinan akibat pembuluh darah yang lebih rentan sehingga cenderung pecah dan bocor ke otak atau akibat mekanisme pembekuan darah yang tidak cukup sehingga meningkatkan pendarahan di otak.
sumber...
Caitlin McLaughlin mengalami catastrophic stroke saat masih berada di dalam rahim ibunya, jenis stroke ini bisa menyebabkan kematian pada orang dewasa. Tapi ia justru mengejutkan dunia kedokteran dengan mampu belajar berjalan, bicara dan melihat.
Orangtua Caitlin, Sharon (32 tahun) dan Shaun (36 tahun) awalnya merasa sangat terpukul ketika diberitahu bahwa anak yang dilahirkannya akan mengalami cacat mental dan fisik yang mendalam.
"Kami diberitahu oleh 2 orang konsultan bahwa ia tidak akan pernah bisa berjalan, tapi ternyata dia adalah petarung kecil kami yang hebat, karena kemajuan yang kini dimilikinya benar-benar menakjubkan," ujar Sharon, seperti dikutip dari Dailymail, Rabu (15/2/2012).
Caitlin dilahirkan dengan menggunakan bantuan forcep pada April 2008 setelah bidan menemukan detak jantungnya menurun selama persalinan dan ia mengalami stres. Dokter dan perawat pun kemudian memindahkan Caitlin dan memberinya oksigen karena ia mengalami kesulitan bernapas.
"Ia kemudian di bawa ke unit perawatan bayi khusus untuk pemeriksaan dan saya tidak melihatnya lagi selama hampir 3 jam. Ketika melihatnya, saya diberitahu bahwa ia butuh 2 transfusi darah dan meminta izin untuk melakukan pemeriksaan plasenta," ujar Sharon.
Saat itu, Sharon tidak terlalu khawatir karena ia berpikir Caitlin hanya memiliki masalah pernapasan dan bisa segera kembali. Tapi ketika usianya baru 6 jam ia mengalami kejang parah beberapa kali dan dokter memberitahu orangtuanya bahwa Caitlin harus dibawa ke ruang perawatan intensif.
Konsultan neonatologis Profesor David Edwards dari Queen Charlotte's Hospital, London menyampaikan bahwa Caitlin mengalami stroke sebelum ia dilahirkan, dan hasil MRI menunjukkan ia mengalami kerusakan otak yang parah.
"Mendengar berita itu, Shaun dan saya langsung menangis. Kami pun bertanya apakah ia bisa bertahan dan kami meminta petugas medis untuk melakukan semampu yang mereka bisa," ungkapnya.
Setelah 6 hari mendapatkan perawatan untuk obat epilepsi, Caitlin akhirnya bebas dari ventilator dan hanya mendapatkan pendukung oksigen. Prof Edwards menuturkan jika terjadi saat dewasa maka kemungkinan besar meninggal.
Caitlin pun akhirnya bisa dibawa pulang ke rumah di Brentford, London Barat setelah mendapat perawatan selama 15 hari. Saat itu kejangnya berhenti tapi bisa muncul lagi dalam waktu 6 bulan. Tepat 6 bulan kemudian ia didiagnosis epilepsi.
"Sangat sulit bagi kami membayangkan masa depannya, sulit berpikir bahwa ia butuh kursi roda dan tidak bisa pergi ke sekolah seperti anak-anak normal lainnya," ujar Sharon.
Namun pada usia 7 bulan, Caitlin mengejutkan orangtuanya. Saat melakukan fisioterapi ia tiba-tiba bisa tertawa untuk pertama kalinya. Momen berikutnya adalah Caitlin bisa memanggil 'Mum' untuk pertama kalinya.
"Ini pertama kalinya kami berpikir masih ada harapan untuk Caitlin, rasanya seperti ia terlahir kembali. Saat berkonsultasi, dokter pun terkejut dengan kemajuan yang dimiliki Caitlin dan beberapa tes di rumah sakit menunjukkan bahwa Caitlin bisa melihat," ungkapnya.
Selain itu, meski menderita cerebral palsy tapi kaki Caitlin sangat kuat hingga pada usia 2,5 tahun ia mulai bisa menarik tubuhnya ke atas dan mencoba untuk belajar berjalan. Setiap harinya, Caitlin terus memukau para dokter dengan kemajuannya yang luar biasa.
Meski Caitlin masih memiliki masalah dalam penglihatan dan mengalami kejang, tapi ia bisa seperti anak normal lainnya. Ia kini menerima fisioterap dan terapi wicara.
"Stroke yang dialaminya cukup langka dan bisa menimbulkan banyak masalah baginya. Tapi saya sangat senang mendengar kemajuan yang dialami Caitlin," ujar Prof Edwards.
Hal ini kemungkinan otak beradaptasi luar biasa selama masa pemulihan dan membuat hubungan saraf baru serta menemukan jalur yang berbeda untuk menciptakan kemajuan tersebut.
Stroke pada bayi adalah kasus yang tidak biasa. Pada kasus Caitlin kemungkinan akibat pembuluh darah yang lebih rentan sehingga cenderung pecah dan bocor ke otak atau akibat mekanisme pembekuan darah yang tidak cukup sehingga meningkatkan pendarahan di otak.
sumber...
No comments: