rifertar- Pariwisata merupakan industri yang memberikan pendapatan terbesar peringkat satu atau dua di beberapa negara di dunia. Alistair Speirs, Chairman Superbands, mengungkapkan hal tersebut dalam diskusi Heritage Tourism di Wisdom 2010, Selasa (7/12/2010).
Wiendu Nuryanti dari UGM dan selaku moderator menyebutkan bahwa heritage dan tourism kadangkala membentuk konflik. Karena heritage merupakan sesuatu yang diwariskan jadi berhubungan dengan nilai masa lampau. Sedangkan tourism diasosiasikan dengan modernitas dan diharuskan dinamis.
Sementara itu, menurut Speirs, Cultural Tourism menghubungkan pariwisata dengan atraksi kebudayaan, termasuk di dalamnya museum. Karena itu, menurut Speirs, Heritage Tourism hampir sama dengan Cultural Tourism, sebab pelaku industrinya sama.
Saat ini, lanjut Speirs, tren yang berkembang adalah wisata warisan budaya. Wisatawan tidak sekadar jalan-jalan tapi ingin melihat budaya dan gaya hidup setempat. Dalam sebuah penelitian, orang yang mencari kebudayaan mengeluarkan uang lebih banyak dibanding orang yang sekadar jalan-jalan. Indonesia kaya akan situs heritage, karena itu berpotensi besar untuk mengembangkan heritage tourism.
Hal penting yang perlu diingat menurut Speirs, adalah pengalaman bukan sekadar melihat objek. Juga, keaslian bukan sekedar fabrication atau tiruan. "Disneyland adalah fabrication, theme park. Tapi dia laku. Padahal Indonesia punya Candi Borobudur, yang asli warisan," katanya.
Secara pelayanan, lanjut Speirs, Indonesia kalah dibanding Disneyland. Apalagi penampilan beberapa situs warisan kurang menarik. Candi Borobudur mendapatkan skor lebih tinggi daripada Tembok Besar China dari data yang dikeluarkan Unesco. "Jadi Indonesia memiliki objek yang menarik bagi wisatawan dunia. Indonesia merupakan negara dengan situs warisan yang diakui Unesco terbanyak di Asia Tenggara," katanya.
Speirs menambahkan bahwa negara-negara di kawasan tersebut yang berhasil menjual heritage tourism adalah Malaysia, Thailand, dan Singapura. Ironis karena Singapura tidak memiliki situs heritage. "Sementara Malaysia hanya punya sedikit situs warisan tapi pemain andal dalam menjual kebudayaan," katanya.
Sementara pariwisata di Indonesia, terutama Bali sudah melebihi kapasitas. Seakan-akan pariwisata hanya fokus di Bali. Di Candi Borobudur, turis sering merasa terganggu dengan pedagang yang sering berjualan dengan sikap memaksa di kawasan tersebut.
Speirs berpesan agar masyarakat dan pemerintah menjaga apa yang sudah ada. "Jangan bongkar atau mengubah yang lama. Karena lebih bernilai yang lama. Di sini belum belajar, beda dengan di Jepang dan Eropa sudah menjalankan itu," tambah Speirs.
sumber-kompas.com
No comments: