Rifertar-PENYAKIT kejiwaan merupakan penyakit medis yang dapat memengaruhi
kesehatan tubuh secara keseluruhan. Penyakit kejiwaan bahkan dapat
memicu penyakit lain, terutama penyakit saraf otonom, yang dikenal
dengan psikosomatik.
Menurut psikiater dr Elly Ingkiriwang, SpKJ, terlalu sering memendam
perasaan merupakan salah satu faktor yang berperan terhadap timbulnya
psikosomatik. Dia mengatakan, memendam perasaan adalah penyebab stres
yang merupakan pemicu utama gangguan kejiwaan ini.
“Sejak kecil, kita sudah diajarkan untuk memendam perasaaan. Coba
lihat kalau bayi menangis, orangtua selalu menyuruh untuk berhenti.
Padahal tangis merupakan salah satu upaya menyaluran emosi,” kata staf
pengajar di Fakultas Kedokteran Ukrida ini dalam seminar kesehatan jiwa
di RS Omni Alam Sutera.
Belum lagi, lanjut Elly, ketika beranjak dewasa, saat emosi sedang
meluap-luap dan butuh penyaluran, justru malah dimarahi. Lama kelamaan
kebiasaan memendam emosi ini akan terbawa hingga dewasa dan dapat memicu
gangguan kejiwaan, salah satunya psikosomatis.
Elly mengatakan, perasaan marah, kecewa, sedih, dan lain-lain perlu
penyaluran. Meskipun hal itu perlu bimbingan agar penyaluran bisa
bersifat positif.
“Yang paling penting lagi adalah mengetahui penyebab dari perasaan
tidak menyenangkan tersebut. Jika tidak mengetahui penyebabnya,
lama-lama kita jadi tidak sadar mengalami stres dan kesulitan mencari
penyebabnya,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, dr Andri, SpKJ, psikiater dari RS Omni
Alam Sutera menyampaikan, karena sering mengalami stres, banyak orang
yang tidak lagi menyadarinya. Sayangnya, hal ini justru menyulitkan jika
tiba-tiba mereka mengeluhkan gejala psikosomatis. Alasannya, mereka
menjadi kesulitan menjadi penyebab stres.
“Perlu diketahui penyebab stresnya supaya bisa diselesaikan akar
masalah dari pemicu psikosomatis. Namun tak semua orang bisa tahu
penyebab stres mereka,” ujarnya.
Menurut Andri, ini terjadi karena tubuh mereka sudah beradaptasi
dengan stres. Padahal jika sampai tidak menyadari adanya stresor, maka
ada yang salah dengan proses adaptasi tersebut.
Karena itu, Andri menyarankan agar selalu menyadari setiap stres yang
terjadi pada tubuh. Selain itu, dibutuhkan berpikir positif untuk
segala sesuatu, termasuk dalam menyikapi sesuatu yang negatif.
No comments: