Rifertar-Sebuah bangunan klasik bergaya Eropa di tepi Jalan Slamet Riyadi,
Solo, tampak berbeda dari bangunan di sekitarnya. Bangunan yang
dikelilingi pepohonan rindang tersebut terasa sejuk kendati matahari
tengah terik.
Masyarakat Kota Solo, Jawa Tengah, mengenal rumah
dinas Wali Kota tersebut bernama Loji Gandrung. Selama beberapa tahun
rumah dinas itu ditempati Joko Widodo (Jokowi), saat menjabat Wali Kota
Solo. Kini bangunan itu ganti dihuni FX Hadi Rudyatmo, mantan Wakil Wali
Kota yang kini menggantikan Jokowi sebagai wali kota.
Rudy,
panggilan akrab Hadi Rudyatmo, rupanya cukup paham mengenai sejarah
rumah dinasnya. Menurut Rudy, awalnya Loji Gandrung merupakan rumah
mewah milik seorang pengusaha perkebunan asal Belanda, Yohanes Agustinus
Dezentye, yang dibangun sekitar 1823.
Saat itu Kasunanan Surakarta dipimpin Paku Buwono IV.
Saat itu Kasunanan Surakarta dipimpin Paku Buwono IV.
Pada
saat perayaan khusus dan akhir pekan, Yohanes kerap mengadakan
pesta-pesta ala Eropa di rumahnya ini. Selain orang Belanda, sejumlah
kerabat Keraton ikut diundang.
Diiringi alunan musik, para tamu
biasa berdansa di ruang tengah, hingga akhirnya masyarakat setempat
menyebut rumah mewah tersebut sebagai Loji Gandrung. "Dulu, (Loji
Gandrung) ini dipakai untuk Londo (Belanda) untuk dansa-dansi. Kalau ada
jamuan makam malam di ruangan ini, kalau dansa di ruang yang belakang.
Nah, saya tidur di kamar yang ini," kata Rudy sambil menunjuk beberapa
ruang termasuk kamar tidurnya.
Selama bertahun-tahun Loji Gandrung
diwariskan secara turun-temurun kepada keturunan Yohanes hingga
akhirnya Belanda meninggalkan Indonesia. Selanjutnya bangunan dikuasai
oleh Jepang.
Setelah masa pendudukan Jepang, Loji Gandrung pernah
digunakan sebagai markas militer Brigade V Slamet Riyadi. Saat itu
Gubernur Militer dijabat Gatot Soebroto. Maka tak heran, sebuah patung
Gatot Soebroto bisa dilihat di halaman depan Loji Gandrung.
Kisah
mistis tak lepas dari bangunan tua itu. Terutama terkait sebuah kamar di
bagian depan yang tidak pernah dipakai. "Kamar ini namanya kamar Bung
Karno, nggak dipergunakan," kata Rudy saat mengantar wartawan masuk ke
dalam kamar Bung Karno.
Kamar tidur tersebut dinamakan kamar tidur
Bung Karno karena Presiden RI pertama itu beberapa kali pernah
menempatinya. "Pak Soekarno ke sini setelah menjadi presiden," ujarnya.
Kamar
tersebut berukuran sekitar 4x4 meter persegi. Di dalamnya terdapat
kamar mandi, sebuah piano, dan ranjang klasik bercat cokelat. Ada foto
besar Presiden RI pertama, Soekarno, terpajang di sisi tembok bagian
atas ranjang.
Mendadak tercium bau harum melati. "Wangi kan? Ini
wangi bunga melati asli, ini bukan dari pewangi ruangan. Ini memang dari
sananya," ungkap Rudy.
Bermula dari wangi yang tak diketahui
sumbernya itu, Rudy mulai menceritakan sejumlah kejadian aneh di kamar
Bung Karno. Rudy mulai tinggal di Loji Gandrung setelah dilantik
menggantikan Jokowi, November 2012 lalu.
Sejak tinggal di rumah
besar itu Rudy mengaku beberapa kali tidur di kamar Bung Karno. "Jadi,
wali kota yang berani (tidur di kamar Bung Karno) baru saya," akunya.
Para
petugas Satpol PP maupun ajudan tak berani masuk ke dalam kamar Bung
Karno. Begitu pula Jokowi yang selama hampir dua periode menjadi Wali
Kota Solo. "Kalau Pak Jokowi sama sekali nggak berani (tidur di kamar
Bung Karno). Beneran, silakan tanyakan sendiri lah kepada dia (Jokowi),"
kata Rudy.
Ditemui secara terpisah, Jokowi mengakui dirinya belum
pernah menempati kamar Bung Karno selama menjadi Wali Kota Solo dan
meninggali Loji Gandrung itu. Namun, ia menjawab secara diplomatis saat
ditanya benar tidaknya dirinya takut menempati kamar tersebut.
"Kan di sebelah sini kamar saya, di sebelahnya kamar Bung Karno. Yah sudah, kamarnya sama," kata Jokowi.
"Kan di sebelah sini kamar saya, di sebelahnya kamar Bung Karno. Yah sudah, kamarnya sama," kata Jokowi.
Saat
tidur di kamar itu, Rudy mengaku sering melihat sepasang sandal jepit
di depan pintu kamar mandi bergerak sendiri. Bankan sandal berwarna
hijau tersebut bisa berdiri. "Kadang dari luar kamar, saya dengar
westafel ini seperti keluar air, padahal tak ada orang," tambahnya.
Bila
malam hari tiba, lanjut Rudy, terkadang terdengar bunyi piano sedang
dimainkan oleh seseorang. Padahal, lagi-lagi, tidak seorang pun di kamar
tersebut.
"Saya santai saja, tidur di mana pun jadi. Aku cuma
sendiri tidur di lantai, nggak di kasurnya, itu menghargai beliau (Bung
Karno)," katanya. Tak ada ritual khusus yang dilakukan Rudy terhadap
kamar Bung Karno yang terbilang angker tersebut. "Saya doa saja,"
ucapnya.
No comments: