Rifertar-Pada mulanya adalah olok-olok, lalu puja-puji. Di Piala Eropa 2012,
Mario Balotelli adalah cerita tersendiri. Ia sukses membungkam siapa
saja yang menganggap dirinya tak lebih dari selebriti kampungan dengan
mencetak tiga gol dalam turnamen empat tahunan tersebut.
Nama
asilnya adalah Mario Barwuah. Tak ada darah Italia ditubuhnya.
Orangtuanya, Thomas dan Rose Barwuah, imigran dari Ghana. Balo lahir di
kota Palermo, 12 Agustus 1990.
Hidup di negeri orang dengan
keadaan ekonomi pas-pasan membuat orangtua Balo tak tahu hendak berbuat
apa ketika ia sakit. Hingga kemudian sebuah keputusan yang kelak
mengubah jalan hidupnya, terbit: Balo mendapat orangtua asuh bernama
Fransesco dan Silvia Balotelli. Dari kedua orangtua asuhnya itulah Mario
Barwuah mendapat nama Balotelli.
Lalu cerita pun dimulai.
Hidup
di Italia menjadi dua sisi mata uang bagi Balo. Kita semua tahu, Balo
berkulit hitam. Sementara kedua orangtua asuhnya adalah keturunan
Yahudi. Sejarah mencatat, sebanyak kurang lebih 8.000 orang Yahudi mati
dalam Holocoaust Italia jaman Benito Amilcare Andrea Mussolini,
diktaktor fasis sekutu Adolf Hitler itu. Dan jangan tanya berapa banyak
ras kulit hitam yang raib: bahkan koloni pertama Italia di bawah
Mussolini adalah negara-negara di Afrika Timur.
Kenyataan
tersebut membuat Balo tak sekali dua mendapat hinaan rasis dari orang
lain. Sebelum Piala Eropa 2012 dimulai, di mana ancaman rasisme jauh
lebih tinggi dibanding di Italia dalam era sekarang, Balo bersumpah akan
"membunuh" siapa saja yang bertindak rasis terhadapnya.
Ketika
rombongan tim nasional Italia sampai di Polandia, mereka melakukan
kunjungan ke kamp pembantaian Nazi di Auschwitz. Di sana Balo tak mampu
menahan getir. Bukan karena ia atau keluarga sedarahnya pernah mengalami
masa kelam dengan Nazi. Tetapi karena ia ingat sebuah kotak.
Di
dalam kotak tersebut berisi surat-surat yang berisi tentang cerita bahwa
orangtua asuhnya adalah seorang Yahudi. Dari kotak itulah Balo
mengetahui latar belakang orangtua asuhnya. Ia menemukan kotak surat
tersebut di bawah tempat tidurnya. Sejak itu, Balo mulai intim dengan
sejarah kelam Yahudi yang diceritakan orangtua asuhnya.
Balo
sejatinya tak pernah menceritakan hal tersebut kepada siapapun demi
menjaga hal yang tidak diinginkan. Tetapi, menurut sebuah laporan dari Radio Netherlands Worldwide, Balo (akhirnya) menceritakan itu lantaran tak kuat menahan isak saat berada di kamp pembantaian Nazi di Auschwitz.
Kabar
tersebut kemudian menyebar. Beberapa kelompok Neo-Nazi di Italia atau
di luar Italia menganggap Balo--selain berkulit hitam--, juga keturunan
Yahudi. Salah satu situs kelompok rasis-ekstremis di Italia, Stormfront,
bahkan menulis: "Balotelli (berkulit) hitam dan (keturunan) Yahudi. Ia
harusnya bermain untuk Israel, bukan Italia".
Salah satu media massa Italia pun belum lama ini, Gazzetta dello Sport,
juga ikut membuat sikap rasis. Mereka menggambar kartun Balotelli yang
tengah memukul keras bola dari puncak Big Ben, seperti King Kong di
puncak Empire State Building.
Tetapi mental Balotelli sekuat
otot-otot tubuhnya. Berkali-kali ia dihina, berkali-kali itu pula ia
bangkit. Baginya, tak ada yang dapat menghalangi kecintaannya terhadap
sepakbola. Ia pun memutuskan menjadi pesepakbola profesional. Dengan
mengawali karir di klub Italia, Lumezzane. Lalu berlanjut ke
Internazionale Milan. Dan kini ia adalah andalan Manchester City.
Cesare
Prandelli lantas kepincut memanggilnya untuk ikut skuad Italia yang
akan berlaga di Piala Eropa 2012. Prandelli tak peduli betapa Balo kerap
kali berbuat onar di luar lapangan, bermasalah dengan sikap disiplin,
dan sering bentrok dengan sesama pemain. Singkatnya, Prandelli percaya,
di balik lagak angkuh Balo, akan ada gol-gol yang siap dicetak.
Dan
Prandelli benar. Balo sukses menjadi pemain Italia pertama sekaligus
pemain kulit hitam pertama yang sukses mencetak tiga gol di Piala Eropa
2012. Entah di mana fasis-fasis yang gemar menghinanya saat mengetahui
fakta ini.
Pasca pertandingan melawan Jerman di semifinal, di mana Balo sukses mencetak dua gol untuk membuat Die Mannschaft angkat koper, ia berkata:
"Ini adalah malam terbaik saya sejauh ini dalam hidup."
Ketika
banyak pemain Italia tengah bersuka cita karena telah menuju final
Piala Eropa 2012, Balo justru pergi ke tribun penonton, menghampiri
kedua orangtua angkatnya yang menontonnya sejak awal pertandingan. Balo
lalu memeluk mereka, menangis bersama. Tangisan yang barangkali adalah
tangisan paling indah baginya.
Pada momen sentimentil itu, ayah
angkat Balo berkata akan membawakan cokelat untuknya pada saat laga
final melawan Spanyol. Memberi Balo cokelat memang telah menjadi
kebiasaannya, dan ia berharap cokelat tersebut dapat membuat performa
Balo lebih baik.
Tetapi tidak semua doa adalah kenyataan. Italia
dikandaskan Spanyol 0-4. Balo tak mencetak gol. Tak ada selebrasi. Toh
ia pun jarang bikin selebrasi sehabis bikin gol. Dulu dia pernah
berujar, tak perlu-perlu amat merayakan gol karena "tukang pos tak ada
yang merayakannya setelah selesai mengantar surat".
Tapi setelah
Italia dikalahkan Spanyol ia menangis sesengukan. Setelah ini Balo
mungkin paham, bahwa tukang pos bisa juga menangis. Meski demikian, jika
Balo adalah tukang pos, maka kedua orangtua angkatnya adalah sepasang
merpati yang akan menemani Balo mencari alamat sampai di manapun.
Dan
Senin dini hari tadi Balo mendapatkan sesuatu yang lebih dari piala:
kedua orangtua angkat yang mencintainya dengan penuh seluruh.
sumber
Slider[Style1]
Style2
Style3[OneLeft]
Style3[OneRight]
Style4
Style5
Tagged with: sepak Bola sport
About Unknown
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments: