Rifertar- Ratusan warga Batak menari Tor-tor di Bundaran HI. Aksi ini merupakan bagian aksi penolakan pemberian gelar Batak kepada Presiden SBY. Tidak lupa, para pendemo menggunakan selendang kain ulos dan bergerak mengikuti lagu khas daerahnya.
"Rencananya gelar akan diberikan besok. Kami menolak karena SBY bukan orang
Batak. Masih banyak pemuda, warga Batak yang layak menerima gelar tersebut," kata salah sau koordinator aksi, Budi Margono, di sela-sela aksi di Bundaran HI, Senin (17/1/2010).
Selain manari Tor-tor, pendemo yang mengatasnamakan Aliansi Batak Seluruh Indonesia (ABSI) itu membawa berbagai spanduk dan poster penolakan seperti 'SBY, Raja Bohong', 'Kasih Gelar Raja Bohong'. Mereka berbaris berkeliling Bundaran HI yang menyebabkan kemacetan dari arah Sudirman menuju Thamrin.
"Kami dengar tidak hanya SBY tetapi Ani Yudhoyono juga akan menerima gelar. Ini demo tidak ada kaitan dengan jabatan presiden SBY, tetapi murni karena dia bukan Batak," imbuh Margono.
Hingga pukul 11.30 WIB, pendemo masih berorasi dan bernyanyi serta beryel-yel menolak gelar tersebut. Puluhan polisi terlihat sibuk megatur lalu-lintas, sementara pendemo terus berteriak-teriak termasuk menggunakan pengeras suara.
Tokoh masyarakat Batak yang juga penggagas Museum Batak Balige, TB Silalahi, menyatakan, tak benar SBY akan mendapatkan gelar raja Batak. "Nggak ada gelar Raja Batak," kata TB Silalahi pada detikcom, Minggu kemarin.
Pendukung berdirinya Museum Batak Balige, menurut TB Silalahi adalah 6 suku Batak, yakni Dairi Pakpak, Karo, Simalungun, Toba, Mandailing dan Angkola. Dari 6 suku tersebut, cuma Suku Angkola saja yang memberikan gelar kehormatan kepada Presiden SBY.
"Cuma Suku Angkola yang memberi gelar kehormatan, semacam sri baginda. Tapi bukan Raja Batak," tegas mantan anggota Wantimpres tersebut.
Dia mengatakan, karena yang memberi gelar kehormatan cuma Suku Angkola, jadi tidak lucu jika ada warga Batak yang menolaknya. Apalagi dari luar Suku Batak Angkola.
- detik.com
No comments: